manusia di beri akal dan
fikiran untuk menemukan ilmu dan pengetahuan baru yang tentunya akan membawa
manfaat kepada dirinya dan orang - orang disekitarnya. berangkat dari hal itu
disini saya akan membahan suatu kisah sukses dari bidang peternakan yang cenderung
dihindari oleh generasi - generasi muda. salah satu manfaat dari pemenfaatan
ilmu adalah menciptakan hewan baru dari proses persilangan salah satunya
persilangan Itik dengan Entok yang menghasilkan produk baru bernama TIKTOK.
Tiktok adalah persilangan dari
2 jenis unggas yaitu bebek dan entok, kelebihan dari tiktok adalah memiliki
karakter tubuh yang jauh lebih bongsor ketimbang bebek. daging tiktok juga tak
kalah dengan daging bebek. salah satu peternak yang sukses dari persilangan ini
adalah Santoso, pria dari Depok, Jawa Barat ini berternak unggas sejak 1985
Santoso mengatakan, bisnis ternak bebek silangan ini masih mempunyai prospek
bagus. kelebihan beternak tiktok ini
antara lain adalah dari segi perawatan yaitu tubuh tiktok lebih cepat besar ketimbang
bebek. Tiktok termasuk unggas yang bandel dan tahan banting. Tiktok juga
relatif tahan terhadap virus flu burung. “Tinggal sediakan lahan saja, bebek
itu akan hidup sendiri,” ujarnya. Untuk membesarkan tiktok hingga mencapai
berat 2 kg, Santosa mengaku hanya membutuhkan waktu satu setengah sampai dua
bulan. “Kalau bebek biasa, setidaknya membutuhkan waktu empat hingga lima
bulan,” ujarnya.
dari segi pakan tiktok
termasuuk hawan yang tidak pilih - pilih makanan, mulai dari dedak hingga
limbah dapur. Cuma, Santoso memiliki ramuan khusus untuk makanan tiktok.
Ada dua jenis bahan baku makanan tiktok ini. Pertama adalah dedak dan limbah roti. Harga dedak itu di pasar sekitar Rp 2.000 per kg. Sementara itu, untuk limbah roti, harga per kilogram Rp 5.000. Sebagai gambaran, untuk membesarkan satu tiktok hingga layak dipotong butuh waktu sekitar dua bulan. Selama itu, satu tiktok bisa menghabiskan pakan sekitar 6 kg bahan campuran dedak dan roti. Saat ini Santosa memelihara setidaknya 500-600 tiktok. “Tiap bulan, saya menghabiskan 1,8 ton pakan,” ujarnya.
Telur agak sensitif
Ada dua jenis bahan baku makanan tiktok ini. Pertama adalah dedak dan limbah roti. Harga dedak itu di pasar sekitar Rp 2.000 per kg. Sementara itu, untuk limbah roti, harga per kilogram Rp 5.000. Sebagai gambaran, untuk membesarkan satu tiktok hingga layak dipotong butuh waktu sekitar dua bulan. Selama itu, satu tiktok bisa menghabiskan pakan sekitar 6 kg bahan campuran dedak dan roti. Saat ini Santosa memelihara setidaknya 500-600 tiktok. “Tiap bulan, saya menghabiskan 1,8 ton pakan,” ujarnya.
Telur agak sensitif
Namun dari semua kemudahan
diatas ternyata ada juga kelemahan dari tiktok tersebut, yaitu telur tiktok
memiliki karakteristik yang agak sensitif, dalam arti kita harus melakukan
dengan benar dan lebih hati - hati dalam proses penetasan menggunakan alat
inkubator agar dapat menetas sempurna dan tumbuh sehat.
dengan amunisi itik sebanyak
300 ekor dan entok sebanyak 20 ekor. Saat ini Santoso bisa menghasilkan 100
ekor tiktok dewasa setiap hari. Untuk pemasokan ke restoran ia menjual per ekor
tiktok seharga Rp 60.000. “Saya mengambil untung Rp 10.000 per ekor,” ujarnya. Santosa
mengaku memprioritaskan hasil silangan tiktok untuk memasok kebutuhan
restorannya. Kalau dijual di pasar, harga tiktok bisa seharga Rp 40.000-Rp
50.000 per ekor.
Santoso mengklaim, protein
daging tiktok lebih tinggi ketimbang bebek, sedangkan kolesterol tiktok lebih
rendah dibandingkan dengan bebek biasa. “Saya sudah mengetes di laboratorium
IPB dan ada sertifikatnya,” ujarnya.
dari kisah diatas kita dapat
memanfaaatkan ilmu sebagai peluang usaha, namun dari itu semua yang terpenting
adalah kita dituntut mencari sesuatu yang baru yang bermanfaat bagi diri
sendiri dan orang sekitar.
kisah unik ini saya ambil dari
" https://wirasmada.wordpress.com/2012/01/21/santoso-meraup-laba-dari-persilangan-itik-dan-entok/
"
Tidak ada komentar:
Posting Komentar