Halaman

Jumat, 13 Maret 2015

TIKTOK pembawa berkah

manusia di beri akal dan fikiran untuk menemukan ilmu dan pengetahuan baru yang tentunya akan membawa manfaat kepada dirinya dan orang - orang disekitarnya. berangkat dari hal itu disini saya akan membahan suatu kisah sukses dari bidang peternakan yang cenderung dihindari oleh generasi - generasi muda. salah satu manfaat dari pemenfaatan ilmu adalah menciptakan hewan baru dari proses persilangan salah satunya persilangan Itik dengan Entok yang menghasilkan produk baru bernama TIKTOK.

Tiktok adalah persilangan dari 2 jenis unggas yaitu bebek dan entok, kelebihan dari tiktok adalah memiliki karakter tubuh yang jauh lebih bongsor ketimbang bebek. daging tiktok juga tak kalah dengan daging bebek. salah satu peternak yang sukses dari persilangan ini adalah Santoso, pria dari Depok, Jawa Barat ini berternak unggas sejak 1985 Santoso mengatakan, bisnis ternak bebek silangan ini masih mempunyai prospek bagus.  kelebihan beternak tiktok ini antara lain adalah dari segi perawatan yaitu tubuh tiktok lebih cepat besar ketimbang bebek. Tiktok termasuk unggas yang bandel dan tahan banting. Tiktok juga relatif tahan terhadap virus flu burung. “Tinggal sediakan lahan saja, bebek itu akan hidup sendiri,” ujarnya. Untuk membesarkan tiktok hingga mencapai berat 2 kg, Santosa mengaku hanya membutuhkan waktu satu setengah sampai dua bulan. “Kalau bebek biasa, setidaknya membutuhkan waktu empat hingga lima bulan,” ujarnya.
dari segi pakan tiktok termasuuk hawan yang tidak pilih - pilih makanan, mulai dari dedak hingga limbah dapur. Cuma, Santoso memiliki ramuan khusus untuk makanan tiktok.
Ada dua jenis bahan baku makanan tiktok ini. Pertama adalah dedak dan limbah roti. Harga dedak itu di pasar sekitar Rp 2.000 per kg. Sementara itu, untuk limbah roti, harga per kilogram Rp 5.000. Sebagai gambaran, untuk membesarkan satu tiktok hingga layak dipotong butuh waktu sekitar dua bulan. Selama itu, satu tiktok bisa menghabiskan pakan sekitar 6 kg bahan campuran dedak dan roti. Saat ini Santosa memelihara setidaknya 500-600 tiktok. “Tiap bulan, saya menghabiskan 1,8 ton pakan,” ujarnya.

Telur agak sensitif

Namun dari semua kemudahan diatas ternyata ada juga kelemahan dari tiktok tersebut, yaitu telur tiktok memiliki karakteristik yang agak sensitif, dalam arti kita harus melakukan dengan benar dan lebih hati - hati dalam proses penetasan menggunakan alat inkubator agar dapat menetas sempurna dan tumbuh sehat.

dengan amunisi itik sebanyak 300 ekor dan entok sebanyak 20 ekor. Saat ini Santoso bisa menghasilkan 100 ekor tiktok dewasa setiap hari. Untuk pemasokan ke restoran ia menjual per ekor tiktok seharga Rp 60.000. “Saya mengambil untung Rp 10.000 per ekor,” ujarnya. Santosa mengaku memprioritaskan hasil silangan tiktok untuk memasok kebutuhan restorannya. Kalau dijual di pasar, harga tiktok bisa seharga Rp 40.000-Rp 50.000 per ekor.

Santoso mengklaim, protein daging tiktok lebih tinggi ketimbang bebek, sedangkan kolesterol tiktok lebih rendah dibandingkan dengan bebek biasa. “Saya sudah mengetes di laboratorium IPB dan ada sertifikatnya,” ujarnya.

dari kisah diatas kita dapat memanfaaatkan ilmu sebagai peluang usaha, namun dari itu semua yang terpenting adalah kita dituntut mencari sesuatu yang baru yang bermanfaat bagi diri sendiri dan orang sekitar.

kisah unik ini saya ambil dari " https://wirasmada.wordpress.com/2012/01/21/santoso-meraup-laba-dari-persilangan-itik-dan-entok/ "